Minuman yang
mempunyai cerita suram dulunya dan sekarang minuman ini sangat digemari oleh
pecinta minuman ini. Minuman ini bernama Tuak dari Sumatera Utara. Tuak
merupakan hasil fermentasi dari pohon Enau dan Kelapa yang diambil air niranya.
Hasil fermentasi ini nantinya akan berwarna putih dan menimbulkan bau yang
khas.
Tidak sulit
untuk menemukan Tuak jika anda sedang di Sumatera Utara khususnya di daerah
Toba dan Pulau Samosir. Minuman khas Sumatera Utara ini memiliki kandungan alcohol
yang rendah bahkan lebih rendah dari Bir dan Anggur. Awalnya Tuak ini digunakan
untuk membuat seseorang menjadi lebih tenang namun jika dikonsumsi lebih maka
orang yang meminumnya bisa mabuk dan tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri.
Bagaimanapun
Tuak merupakan ikon budaya orang Batak, meski Tuak disinyalir menjadi pemicu
pertikaian banyak orang apabila diminum secara berlebihan. Minuman ini tidak
cocok bagi anda yang beragama Islam karena seperti yang sudah disebutkan tadi
minuman ini mengandung alkohol. Tidak hanya Tuak yang dihasilkan dari Pohon
Enau ini tetapi juga batangnya bisa dijadikan dinding rumah adat, buahnya untuk
dijadikan kolang-kaling, ijuknya untuk dijadikan atap rumah, dan daunnya bisa
untuk membuat sapu lidi. Pohon ini memang banyak fungsinya selain menghasilkan
minuman beralkohol khas Batak.
Dibutuhkan
waktu sedikitnya 3 bulan untuk bisa menyadap dan itupun belum tentu air niranya
keluar. Ada beberapa syarat sat mengambil air nira dipohon Enau ini seperti
tidak boleh mengucapkan kata-kata kasar. Agar mendapatkan hasil yang sempurna,
air nira dicampur dengan raru yaitu sejenis kulit kayu agar airnya bisa
difermentasikan. Dan juga tidak boleh sembarangan orang yang membuatnya karena
air niar tidak boleh asam, tidak boleh manis, dan juga tidak boleh terlalu
sepat.
Didalam
acara adat entah itu pemakaman, pernikahan maupun syukuran, Tuak akan selalu
ada. Dan menurut orang Batak, Tuak adalah pelengkap dan pemenuh dahaga, dan itu
tidak bisa digantikan dengan minuman lain.
Sejak abad
ke 19 yaitu setelah agama Kristen masuk ditanah Batak, Tuak sudah diminum oleh
orang-orang Batak. Tidak ada data yang akurat tentang ini.
Menurut
legenda Tuak berasal dari airmata Siboru Sorbajati. Ceritanya, Siboru Sorbajati
dipaksa orang tuanya kawin dengan seorang laki-laki yang buruk rupa. Karena
tekanan orang tua, Siboru Sorbajati menerima sinamot, lalu Siboru Sorbajati
meminta agar dibunyikan gondang sabangunan, lalu dia manortor lalu maningkot.
Siboru
Sorbajati lalu melompat dari palas-palas rumah Batak hingga terbenam ke dalam
tanah, lalu menjelma menjadi pohon bagot, sehingga tuak itu disebut aek (air)
Sorbajati. Katanya, setiap pangagat sebelum membuat saluran tuak di atas pohon
nira, pangagat terlebih dahulu mengelus-elus pohon nira, meminta si boru
Sorbajati menangis.